KUALA KAPUAS - Kartiti Lespandan Sari (15) dan adiknya sudah tidur. Sekitar pukul 21.00 WIB, Kartiti dibangunkan oleh bunyi dering telepon genggamnya.
“Si penelepon memberi kabar kalau ayah dan ibu meninggal dunia,” ujar Sari, sapaan akrab dara ini, tanpa sanggup meneruskan kalimatnya di sela isak tangis kedukaan yang mendalam, kala ditemui di rumah duka, Jalan Sungai Andai RT 19, Banjarmasin Utara, Sabtu (29/11) sekitar pukul 12.00 Wita.
Sari pun langsung membangunkan adiknya, M Ibrahim, murid kelas I SDN Selat 7, Kapuas, Kalteng. Kemudian Sari memberitahu kepada para tetangganya, di Asrama Batalyon 613 Antang. “Saya sempat ragu dengan kabar yang disampai si penelpon itu. Tapi setelah mendapat informasi dari rumah sakit, saya baru yakin kalau kedua orangtua saya sudah tiada,” ujar siswi Kelas 11 SMAN Kapuas ini.
Sari mengaku tidak mendapat firasat apa akan terjadi musibah tersebut. Namun sebelum kejadian itu terjadi, tepatnya dua bulan yang lalu, dia sempat mengungkapkan keinginannya kepada sang ayah.
“Saya ingin menjadi bidan. Bapak kemudian bilang agar saya berjuang untuk mencapai cita-cita itu. Dan saya akan berjuang,” ucap Sari.
Apa rencana berikut? Sari dengan tegas mengatakan akan tetap meneruskan sekolah demi menggapi cita-cita itu.
“Saya akan terus sekolah. Saya akan menjaga adik juga,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Staf Kodim 1011/Kapuas Kuala, Mayor Infantri Cecep Wiara Mulya, mewakili jajaran Kodim dan TNI AD di Kapuas, mengatakan almarhum dan almarhumah dikenal baik, ramah, mudah bergaul.
“Untuk almarhum, merupakan prajurit yang baik. Terbukti, pengabdiannya cukup lama di batalyon, yaitu sekitar 18 tahun. Baru seminggu ini bertugas di Kodim. Makanya, tidak hanya dari Kapuas yang berdatangan (melayat), dari Banjarmasin juga. Ini menandakan keduanya dikenal baik secara luas,” terang Cecep.
Kepada kedua anak almarhum dan almarhumah, sambungnya, tetap akan berada dalam perhatian TNI. Tidak hanya hak menyangkut gaji orangtua mereka, tapi juga bantuan lain, baik menyangkut administrasi atau di luar itu.
“Kami di asrama dan markas adalah saudara. Semuanya keluarga. Jadi kalau ada yang perlu bantuan, tentu semuanya membantu. Demikian pula bagi kedua anak almarhum dan almarhumah, tentunya menjadi perhatian kami semua,” tegas Cecep. [bpost]
“Si penelepon memberi kabar kalau ayah dan ibu meninggal dunia,” ujar Sari, sapaan akrab dara ini, tanpa sanggup meneruskan kalimatnya di sela isak tangis kedukaan yang mendalam, kala ditemui di rumah duka, Jalan Sungai Andai RT 19, Banjarmasin Utara, Sabtu (29/11) sekitar pukul 12.00 Wita.
Sari pun langsung membangunkan adiknya, M Ibrahim, murid kelas I SDN Selat 7, Kapuas, Kalteng. Kemudian Sari memberitahu kepada para tetangganya, di Asrama Batalyon 613 Antang. “Saya sempat ragu dengan kabar yang disampai si penelpon itu. Tapi setelah mendapat informasi dari rumah sakit, saya baru yakin kalau kedua orangtua saya sudah tiada,” ujar siswi Kelas 11 SMAN Kapuas ini.
Sari mengaku tidak mendapat firasat apa akan terjadi musibah tersebut. Namun sebelum kejadian itu terjadi, tepatnya dua bulan yang lalu, dia sempat mengungkapkan keinginannya kepada sang ayah.
“Saya ingin menjadi bidan. Bapak kemudian bilang agar saya berjuang untuk mencapai cita-cita itu. Dan saya akan berjuang,” ucap Sari.
Apa rencana berikut? Sari dengan tegas mengatakan akan tetap meneruskan sekolah demi menggapi cita-cita itu.
“Saya akan terus sekolah. Saya akan menjaga adik juga,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Staf Kodim 1011/Kapuas Kuala, Mayor Infantri Cecep Wiara Mulya, mewakili jajaran Kodim dan TNI AD di Kapuas, mengatakan almarhum dan almarhumah dikenal baik, ramah, mudah bergaul.
“Untuk almarhum, merupakan prajurit yang baik. Terbukti, pengabdiannya cukup lama di batalyon, yaitu sekitar 18 tahun. Baru seminggu ini bertugas di Kodim. Makanya, tidak hanya dari Kapuas yang berdatangan (melayat), dari Banjarmasin juga. Ini menandakan keduanya dikenal baik secara luas,” terang Cecep.
Kepada kedua anak almarhum dan almarhumah, sambungnya, tetap akan berada dalam perhatian TNI. Tidak hanya hak menyangkut gaji orangtua mereka, tapi juga bantuan lain, baik menyangkut administrasi atau di luar itu.
“Kami di asrama dan markas adalah saudara. Semuanya keluarga. Jadi kalau ada yang perlu bantuan, tentu semuanya membantu. Demikian pula bagi kedua anak almarhum dan almarhumah, tentunya menjadi perhatian kami semua,” tegas Cecep. [bpost]
{ 0 comments... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar